|
Nah, gimana sekarang caranya agar hasil rekaman video berkesan indah seperti layaknya film (yang seharusnya)? Ternyata bisa! Keren lagi. Gimana caranya? Mudah-mudahan ulasan asal-asalan berikut bisa jadi jawaban. Ini sih buat kita-kita aja yah, para pecinta video amatir, dan tidak berlaku untuk om-om dan tante yang profesinya bergelut dengan video... hehehe...
Metode 1:
Merekam gambar dengan setting 24 bingkai per detik. Logikanya adalah: kamera film merekam gambar dalam medium seluloid dengan kecepatan 24 bingkai gambar. Sedangkan video digital kurang lebih merekam gambar dengan kecepatan 30 bingkai per detik. Perbedaan lainnya adalah, gambar video direkam dalam bentuk jalinan (garis-garis horisontal gambar berselang seling yang digabung menjadi satu gambar penuh), sedangkan kamera film merekam objek dalam bentuk progresif.
Cara ini bisa saja memberikan kesan bahwa gambar yang diambil dari kamera film.
Kelemahannya: gambar bisa jadi terlihat terputus-putus dan kurang mulus terutama untuk objek yang bergerak cepat. Masalah ini bisa diimbangi dengan meningkatkan kecepatan shutter. Mungkin ini bisa saja dilakukan dengan kamera pro atau semi pro, tapi tidak pada kamera video genggam.
Metode 2:
Dengan Menggunakan Peranti Lunak Pengeditan. Dengan peranti lunak pengeditan video ini kita bisa berkreasi dengan gambar yang telah kita rekam dari kamera video. Warna-warnanya bisa dikoreksi seperti yang kita inginkan, peranti lunak ini kini sudah dilengkapi dengan jeluk medan (depth of field). Jeluk medan (bukan jeruk Medan loh wkwkwkw) atau depth of field ini juga turut memberikan kesan bahwa gambar di layar bukan hanya sekedar gambar 2 dimensi saja... tapi juga membuatnya memiliki kedalaman gambar atau ruang, seolah gambar dihadapan kita memiliki ruang, dan menambah bobot keindahan gambar, sekaligus membuat hasil video kita serasa seperti film layar lebar beneran (bukan sinetron yand dipindah ke bioskop).
Jeluk medan juga bisa diciptakan dengan cara menambah lensa video dengan lebar 35 mm. Kedua cara ini memang makan biaya tambahan, alias persoalan duit huuu..huuu...
Metode 3:
Cuma nambahin ketikan aja. Metode 3 adalah gabungan dari metode 1 dan 2... hehehe... biar tambah keren.
Nah, penasaran kan, gimana hasilnya gambar yang diambil oleh kamera genggam (camcorder), namun disentuh dengan selera dan metode di atas? Inilah dia di bawah ini. (sumpah, ini bukan hasil karya saya, bener loh... ini bukan hasil karya saya). Didalam video ini bisa kita lihat warna video yang telah dikoreksi dengan peranti lunak pengeditan plus penambahan jeluk medan dangkal (shallow dof). Hasilnya? Dua jempol! Jauh dari kesan "sinetron", nyeni, dan keren. Padahal gambarnya diambil pake camcorder....
dan inilah kamera video genggam yang digunakan dalam pengambilan gambar untuk video di atas...
Oh iyah, sampe lupa. Karena fotografi dan videografi berhubungan erat soal pencahayaan, komposisi, dan sebagainya... maka prinsip dan keahlian fotografi juga turut memberi bobot dalam hasil karya video.
Segitu dulu ah sotoy mode on gw... kalo ada salah dan kurang, mohon dimaklumin. Semoga bermanfaat.
Bahan refrensi, dan juga silakan klik kalau mau beli:
Merekam gambar dengan setting 24 bingkai per detik. Logikanya adalah: kamera film merekam gambar dalam medium seluloid dengan kecepatan 24 bingkai gambar. Sedangkan video digital kurang lebih merekam gambar dengan kecepatan 30 bingkai per detik. Perbedaan lainnya adalah, gambar video direkam dalam bentuk jalinan (garis-garis horisontal gambar berselang seling yang digabung menjadi satu gambar penuh), sedangkan kamera film merekam objek dalam bentuk progresif.
Cara ini bisa saja memberikan kesan bahwa gambar yang diambil dari kamera film.
Kelemahannya: gambar bisa jadi terlihat terputus-putus dan kurang mulus terutama untuk objek yang bergerak cepat. Masalah ini bisa diimbangi dengan meningkatkan kecepatan shutter. Mungkin ini bisa saja dilakukan dengan kamera pro atau semi pro, tapi tidak pada kamera video genggam.
Metode 2:
Dengan Menggunakan Peranti Lunak Pengeditan. Dengan peranti lunak pengeditan video ini kita bisa berkreasi dengan gambar yang telah kita rekam dari kamera video. Warna-warnanya bisa dikoreksi seperti yang kita inginkan, peranti lunak ini kini sudah dilengkapi dengan jeluk medan (depth of field). Jeluk medan (bukan jeruk Medan loh wkwkwkw) atau depth of field ini juga turut memberikan kesan bahwa gambar di layar bukan hanya sekedar gambar 2 dimensi saja... tapi juga membuatnya memiliki kedalaman gambar atau ruang, seolah gambar dihadapan kita memiliki ruang, dan menambah bobot keindahan gambar, sekaligus membuat hasil video kita serasa seperti film layar lebar beneran (bukan sinetron yand dipindah ke bioskop).
Jeluk medan juga bisa diciptakan dengan cara menambah lensa video dengan lebar 35 mm. Kedua cara ini memang makan biaya tambahan, alias persoalan duit huuu..huuu...
Metode 3:
Cuma nambahin ketikan aja. Metode 3 adalah gabungan dari metode 1 dan 2... hehehe... biar tambah keren.
Nah, penasaran kan, gimana hasilnya gambar yang diambil oleh kamera genggam (camcorder), namun disentuh dengan selera dan metode di atas? Inilah dia di bawah ini. (sumpah, ini bukan hasil karya saya, bener loh... ini bukan hasil karya saya). Didalam video ini bisa kita lihat warna video yang telah dikoreksi dengan peranti lunak pengeditan plus penambahan jeluk medan dangkal (shallow dof). Hasilnya? Dua jempol! Jauh dari kesan "sinetron", nyeni, dan keren. Padahal gambarnya diambil pake camcorder....
dan inilah kamera video genggam yang digunakan dalam pengambilan gambar untuk video di atas...
Oh iyah, sampe lupa. Karena fotografi dan videografi berhubungan erat soal pencahayaan, komposisi, dan sebagainya... maka prinsip dan keahlian fotografi juga turut memberi bobot dalam hasil karya video.
Segitu dulu ah sotoy mode on gw... kalo ada salah dan kurang, mohon dimaklumin. Semoga bermanfaat.
Bahan refrensi, dan juga silakan klik kalau mau beli:
perangkat lunak yang tersedia sekarang juga sudah semakin variatif tidak hanya Final Cut Pro saja :)
BalasHapus